Sabtu, 08 Oktober 2016

Metode Filsafat

Metode yang dipakai dalam ilmu filsafat ini sebenarnya sangat banyak, sebanyak para tokoh filsafat atau filsof, yang masing-masing memiliki dan menamakan metodenya masing-masing. Seperti yang dilakukan oleh Socrates dan Plato, metode yang mereka pakai dinamai dengan metode kritis. Metode kritis adalah cara kerja atau bertindak yang bersifat analitis. Metode ini dilakukan dengan cara melalui percakapan-percakapan (dialog). Socrates tidak menyelidiki fakta-fakta, melainkan ia menganalisis berbagai pendapat atau aturan-aturan yang dikemukakan orang. Setiap orang memiliki pendapat yang berbeda dan analisis yang berlainan. Dengan cara percakapan atau dialog tersebut, Socrates menemukan suatu cara berpikir induksi, yaitu berdasarkan beberapa pengetahuan mengenai masalah-masalah khusus memperoleh kesimpulan pengetahuan yang bersifat umum.
            Metode lain, yang biasa dipakai dalam ilmu filsafat adalah metode skolastik, yang dikembangkan oleh Aristoteles dan Thomas Aquinas. Metode skolastik ini sering disebut dengan istilah sintesis deduktif. Metode skolastik ini banyak dipakai untuk menguraikan metode mengajar di sekolah atau di perguruan tinggi, bukan hanya dalam bidang ilmu filsafat saja, melainkan dalam semua ilmu, seperti ilmu hukum, ilmu pasti, kedokteran, dan lainnya.
            Sebagian ahli ada yang mengelompokkan metode yang dipergunakan dalam mempelajari filsafat ini menjadi tiga macam, yaitu metode sistematis, metode historis, dan metode kritis. Dengan menggunakan metode sistematis, para pelajar akan menghadapi karya-karya filsafat, misalnya mempelajari tentang teori-teori pengetahuan yang terdiri atas beberapa cabang filsafat. Setelah itu ia mempelajari teori hakikat yang merupakan cabang ilmu lainnya, kemudian ia akan mempelajari teori nilai atau filsafat nilai. Ketika para pelajar membahas setiap cabang atau subcabang filsafat, maka aliran-aliran filsafat pun akan terbahas. Maka dengan mempelajari filsafat melalui metode sistematis ini perhatiannya akan terfokus pada isi filsafat, bukan pada tokoh ataupun pada zaman, serta periodenya.
            Sedangkan metode historis digunakan bila para pelajar mengkaji filsafat dengan mengikuti sejarahnya. Ini dapat dilakukan dengan cara membicarakan tokoh demi tokoh menurut kedudukannya dalam sejarah. Sebagai contoh, jika kita ingin membicarakan tokoh filsafat atau filsof Thales, berarti kita membicarakan riwayat hidupnya, pokok ajarannya, baik dalam teori pengetahuan, teori hakikat, maupun dalam teori nilai. Kemudian dilanjutkan dengan membicarakan Anaximandros, Socrates, Rousseau, Immanuel Kant dan seterusnya sampai pada tokoh-tokoh kontemporer saat ini. Mengenalkan tokoh-tokoh filsafat ini memang sangat perlu karena ajarannya bisasnya berkaitan erat dengan lingkungan, pendidikan, dan kepentingannya.
            Cara lain untuk mempelajari filsafat dengan menggunakan metode historis ini adalah dengan cara membagi babakan atau periode filsafat sejarah. Misalnya, mula-mula yang dipelajari adalah filsafat kuno, kemudian filsafat pertengahan, dan selanjutnya adalah filsafat abad modern. Variasi cara mempelajari filsafat dengan menggunakan metode historis ini cukup banyak. Yang terpenting, mempelajari filsafat dengan menggunakan metode historis berarti mempelajari filsafat secara kronologis. Dan metode ini cocok bagi para pelajar pemula.
            Adapun metode kritis digunakan oleh mereka yang mempelajari filsafat tingkat intensif. Di mana para pelajar haruslah telah memiliki bekal pengetahuan tentang filsafat secara memadai. Dalam metode ini pengajaran filsafat dapat mengguanakan metode sistematis atau historis. Langkah pertama adalah memahami isi ajaran, kemudian para pelajar mencoba mengajukan kritiknya. Kritik itu mungkin dalam bentuk menentang atau menolak paham atau oendapat dari para tokoh, namun dapat juga berupa dukungan atau memperkuat terhadap ajaran atau paham filsafat yang sedang dikajinya. Dalam mengkritik mungkin ia menggunakan pendapatnya sendiri atau dengan menggunakan pendapat para filsof lainnya.
            Selain dengan ketiga metode di atas, dalam ilmu filsafat dikenal juga metode empiris, seperti yang dipahami oleh Thomas Hobbes, John Locke, dan David Hume. Menurut mereka hanya pengalamanlah yang dapat menyajikan pengertian benar. Masih banyak metode-metode lain seperti metode intuitif, metode geometris, metode transcendental, metode fenomeologis, dan metode-metode lainnya yang semuanya lahir dikarenakan keyakinan dan pengalaman mereka dalam memahami filsafat secara sungguh-sungguh sehingga menghasilkan bentuk metode yang berbeda-beda.

Referensi :
Susanto. 2011. Filsafat Ilmu. Jakarta: Bumi Aksara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar