Minggu, 16 Oktober 2016

Sejarah Pertumbuhan Ilmu Sosial Secara Umum

Bidang studi IPS yang masuk ke Indonesia berasal dari Amerika Serikat, yang di negara asalnya disebut social studies. Definisi sosial studies dari NCSS ialah “Social studies is the integrated studi of the social sciences and humanities to promote civic competence…. The primary purpose of social studies is to help young people social develop the ability to make informed and reasoned decisions for public good as citizen of a culturally diverse. Democratic society an independent world. Pertama kali Sosial Studies dimasukkan dalam kurikulum sekolah adalah di Rugby (Inggris) pada tahun 1827, atau sekitar setengah abad setelah Revolusi Industri (abad 18), yang ditandai dengan perubahan penggunaan tenaga manusia menjadi tenaga mesin.
            Latar belakang dimasukannya Social Studies  dalam kurikulum sekolah di Amerika Serikat berbeda dengan di Inggris karena situasi dan kondisi yang menyebabkan juga berbeda. Penduduk AS terdiri dari berbagai macam ras di antaranya ras Indian yang merupakan penduduk asli, ras kulit putih yang datang dari Eropa dan ras Negro yang didatangkan dari Afrika untuk dipekerjakan di perkebunan-perkebunan negara tersebut.
            Pada awalnya penduduk AS yang multi ras tidak menimbulkan masalah. Baru setelah berlangsungnya perang saudara antara utara dan selatan atau yang dikenal dengan perang budak yang berlangsung tahun 1861-1865 di mana pada saat itu AS siap menjadi kekuatan dunia, mulai terasa adanya kesulitan, karena penduduk yang multi ras tersebut merasa sulit untuk menjdi satu bangsa.
            Selain itu juga adanya perbedaan sosial ekonomi yang sangat tajam. Para pakar kemasyarakatan dan pendidikan berusaha untuk menjadikan penduduk ras tersebut menjadi merasa satu bangsa yaitu bangsa Amerika. Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan memasukkan social studies ke dalam kurikulum sekolah di negara bagian Wisconsin pada tahun 1982. Setelah dilakukan penelitian, maka pada awal abad 20, sebuah Komisi Nasional dari The National Educational Association memberikan rekomendasi menengah Amerika Serikat. Adapun wujud social studies ketika lahir merupakan semacam ramuan dari mata pelajaran sejarah, geografi, dan civics.
            Di samping sebagai reaksi para pakar ilmu sosial terhadap situasi sosial di Inggris dan Amerika Serikat, pemasukan Sosial Studies ke dalam kurikulum sekolah juga di latar belakangi oleh keinginan para pakar pendidikan. Hal ini mereka ingin agar setelah meninggalkan sekolah dasar dan menengah, para siswa menjadi warga negara yang baik, dalam arti mengetahui dan menjalankan hak dan kewajiban serta apa saja yang harus dilakukan sebagai bagian dari warga negara, dan dapat hidup bermasyarakat secara seimbang, dalam arti memperhatikan kepentingan pribadi dan masyarakat. untuk mencapai tujuan tersebut, para siswa tidak perlu menunggu belajar ilmu-ilmu sosial di perguruan tinggi, tetapi sebenarnya mereka sudah dapat bekal pelajaran IPS di sekolah dasar dan menengah.
            Pertimbangan lain dimasukannya social studies ke dalam kurikulum adalah kemampuan siswa sangat menentukan dalam pemilihan dan pengorganisasian siswa sekolah materi IPS. Agar materi pelajaran IPS lebih menarik dan mudah dicerna oleh siswa sekolah dasar dan menengah. Bahan-bahannya diambil dari kehidupan nyata di lingkungan masyarakat. Bahan materi yang diambil dari pengalaman pribadi, teman-teman sebaya, serta lingkungan alam, dan masyarakat sekitar. Hal ini akan lebih mudah dipahami karena mempunyai makna lebih besar bagi para siswa daripada bahan pengajaran yang abstrak dan rumit dari ilmu-ilmu sosial.
            Latar belakang dimasukannya bidang studi IPS ke dalam kurikulum sekolah di Indonesia sangat berbeda dengan Inggris dan Amerika Serikat. Pertumbuhan IPS di Indonesia tidak terlepas dari situasi kacau, termasuk dalam bidang pendidikan, sebagai akibat pemberontakan G30S/PKI, pada Pemerintahan Orde Baru. Setelah keadaan tenang pemerintah melancarkan Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) I (1969-1974) tim peneliti nasioanal di bidang pendidikan menemukan lima masalah nasioanal dalam bidang pendidikan. Kelima masalah tersebut antara lain :
1.      Kuantitas, berkenaan dengan perluasan dan pemerataan kesempatan belajar.
2.      Kualitas, menyangkut peningkatan mutu lulusan.
3.      Relevansi, berkaitan dengan kesesuaian sistem pendidikan dengan kebutuhan pembangunan.
4.      Efektifitas sistem pendidikan dan efisiensi penggunaan sumber daya dan dana.
5.      Pembinaan generasi muda dalam rangka menyiapkan tenaga produktif bagi kepentingan pendidikan nasional.

Referensi :
Rudy Gunawan. 2013. Pendidikan IPS. Bandung: Alfabeta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar